Dikirim oleh: Alicia Diana Teresa, Meydiana Margaretha Vania, Tiara Natalia
Setelah Ketua
OSIS dan Wakil Ketua OSIS SMA Santo Yakobus Tahun Ajaran 2013/2014 terpilih,
para anggota OSIS yang telah disusun dikumpulkan bersama dengan MPK (Majelis
Perwakilan Kelas) yang terdiri atas para ketua kelas dan koordinator dari
masing-masing ekskul untuk menjalani latihan dasar kepemimpinan (LDKS) selama
lima hari yang dibagi menjadi tiga bagian.
Bagian pertama
adalah sesi-sesi dari para bapak dan ibu guru yang disampaikan melalui
presentasi di lantai 7.
Bagian kedua
adalah acara menginap semalam di sekolah bersama para calon anggota OSIS, MPK,
dan koordinator dari masing-masing ekskul.
Bagian terakhir
dari LDKS tahun ini adalah camping ke Gunung Bunder, Bogor yang dilaksanakan
sejak hari Jumat, 13 September sampai dengan hari Sabtu, 14 September 2013.
Pada hari Kamis,
5 September 2013 jam 13.00 WIB, bagian pertama dari LDKS OSIS SMA Santo Yakobus
dimulai. Para calon anggota OSIS, MPK, dan koordinator ekskul dikumpulkan di
aula lantai 7 lalu dimulailah sesi-sesi presentasi yang membicarakan materi
seputar kepimpinan dan pemimpin, visi-misi SMA Santo Yakobus, dan sifat-sifat
apa saja yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin.
Sifat-sifat yang
harus dimiliki oleh seorang pemimpin dibawakan oleh Pak Ludwig, atau yang biasa
kami panggil Pak L. Pak L menjelaskan bahwa ada 10 sifat yang harus kami miliki
sebagai calon pemimpin teman-teman kami. Beliau juga menyisipkan ayat-ayat
Alkitab yang mendasari sifat-sifat tersebut.
Setelah sesi Pak
L selesai, Bu Jess melanjutkan dengan materi kepemimpinan dan pemimpin serta
visi-misi SMA Santo Yakobus. Beliau memberikan kami 3 pertanyaan untuk dijawab
seputar materi yang dibawakan. Melalui permainan kecil, beberapa kelompok pun
membacakan hasil pemikiran mereka mengenai kepemimpinan dan pemimpin pada
seluruh peserta LDKS.
LDKS pada hari
Kamis itu kemudian ditutup dengan pemberitahuan dari Pak Dede pada para calon
anggota OSIS, anggota Pramuka, dan Pecinta Alam mengenai kompor buatan tangan
dari kaleng biskuit yang harus dibuat dan dibawa ke sekolah.
Esoknya hari
Jumat, 6 September 2013, kami kembali berkumpul di aula lantai 7 pada jam 13.00
WIB untuk menjalani LDKS sesi kedua. Sesi kedua ini diadakan sampai hari Sabtu,
7 September 2013 dimana kami semua menginap di sekolah selama semalam. Sesi
pada hari Jumat dimulai ketika kami mendapatkan pengetahuan mengenai cara
membuat proposal, surat undangan, pembuatan serta pengenalan program kerja oleh
masing-masing sekretaris bidang (sekbid) , sampai renungan malam yang diadakan
sebelum kami semua terlelap dalam kegembiraan dan keakraban yang terbangun
lewat LDKS ini.
Hari Sabtu, 7
September 2013 sekitar jam 6 pagi, Pak Febri mengajak kami semua untuk
melakukan aktifitas fisik sambil kembali membangun keakraban. Pagi yang tidak
terlalu panas dimulai dengan pemanasan lalu 2 macam permainan yang membuat
tubuh kami menjadi segar.
Kegiatan di hari
Sabtu ini berbeda dengan kegiatan hari sebelumnya. Di hari sebelumnya kami
lebih sering melakukan kegiatan di aula lantai 7, tetapi sekarang kami
melangsungkan kegiatan di lapangan basket indoor. Di lantai 8 kami diajak untuk
mengetahui cara melakukan pertolongan pertama pada korban kecelakaan dengan
benar tanpa melukai diri sendiri juga. Dengan dipimpin oleh para fasilitator
yang berpengalaman, yaitu Pak Kateno, Pak Saryo, dan Pak Aloy, kami mengetahui
3 cara mengangkat korban yang baik serta cara membuat tandu yang benar dengan
bahan-bahan apa adanya (banner, baju, tali Pramuka, dan karung). Kegiatan ini
ditutup dengan lomba adu cepat dimana kami dibagi menjadi 3 kelompok yaitu
kelompok MPK, kelompok OSIS, dan kelompok koordinator eskul.
Namun sayangnya
kelompok OSIS tertinggal jauh dari kelompok MPK dan koordinator ekskul.
Untunglah, para anggota OSIS saling menyemangati satu sama lain sambil
mengatakan, "Tidak apa-apa. Yang penting kita tahu cara yang benar dan
selesai!"
Selesai dari sesi
pertolongan pertama, para anggota MPK dengan koordinator eskul diminta untuk
berkumpul diluar lapangan lantai 8, tepatnya di depan kantin lantai 8 untuk
bersiap pulang ke rumah masing-masing. Sedangkan para anggota OSIS, Pramuka,
dan Pecinta Alam diminta untuk tetap tinggal di lapangan basket indoor untuk
mengikuti kegiatan turun tebing serta survival sebagai persiapan LDKS di Gunung
Bunder, Bogor.
Kegiatan turun
tebing ini sangat mengasyikkan dan menantang keberanian dan adrenalin sebab
kami harus turun dengan menggunakan tali dari lantai 9 ke lantai 8. Pak Dede
dan Pak Kateno berulang kali mempraktikkan cara turun yang benar pada para
peserta LDKS di Gunung Bunder agar nantinya mereka tidak "terjun dengan
semangat '45".
Kira-kira jam
setengah 3 sore, kegiatan turun tebing selesai. Kami (para calon anggota OSIS,
Pramuka, dan Pencinta Alam) pun mendapat istirahat selama beberapa menit
sebelum melakukan kegiatan selanjutnya, yaitu memasak yang merupakan bagian
dari survival bersama dengan kegiatan turun tebing tadi.
Para fasililator
memberikan kami singkong, jagung, dan ubi sebagai panganan yang harus kami
rebus dengan menggunakan kompor buatan sendiri dan arang atau briket. Pada
kegiatan memasak tersebut, empat kelompok berhasil merebus setidak-tidaknya
satu jenis panganan. Namun berbeda dengan empat kelompok itu, sebuah kelompok
malah memilih membakar bahan panganan daripada merebusnya. Alhasil, jadilah
jagung bakar, ubi bakar, dan singkong bakar. Ini semua disebabkan oleh api dari
kompor mereka yang tidak tahan lama. Begitu pancinya dinaikkan, tak lama
kemudian apinya mati.
Walaupun
demikian, kami tetap menikmati kegiatan survival pada hari itu. Kebersamaan
selama 2 hari 1 malam telah membuat kami memupuk kegembiraan dan keakraban demi
terjalinnya hubungan yang baik di masa yang akan datang.
Seminggu pun
berlalu.
Hari Jumat, 13
September 2013 jam 7 pagi, para calon anggota OSIS, Pramuka, dan Pencinta Alam
berkumpul di ruang OSIS untuk menyiapkan barang-barang yang akan dibawa ke
camping-ground Gunung Bunder di kaki Gunung Salak, Bogor.
Tas-tas carrier,
perlengkapan kelompok, kardus-kardus a qua
pun dimasukkan ke dalam truk tronton sebelum para peserta LDKS masuk dan duduk
dalam keterbatasan ruang.
Selama perjalanan
menuju Gunung Bunder, banyak hal yang kami bicarakan di truk. Kami dan para
fasilitator tertawa semenjak truk berangkat sampai tiba di Gunung Bunder.
Beberapa teman kami memilih untuk menghilangkan penat dengan tidur di sela-sela
keberisikan tersebut. Beberapa lagi asyik mengamati pemandangan yang ada di
sepanjang jalan.
Kira-kira jam
setengah 11 siang, kami tiba di pintu masuk camping-ground Gunung Bunder. Truk
tronton berhenti dan Pak Bambang menyuruh kami semua untuk berjalan kaki ke
dalam camping-ground.
Setelah mendapat
pengarahan lebih lanjut, kami melakukan orientasi medan dengan tujuan mengenali
area-area sekitar camping-ground yang dibimbing oleh Pak Febri.
Lalu kami pergi
ke area tanah datar di bagian atas camping-ground karena Pak Bambang memberi
misi pada kelima kelompok untuk menemukan sebuah black box dan lima bungkus
harta karun. Harta karun tersebut disediakan untuk masing-masing kelompok,
sedangkan black box-nya hanya untuk sebuah kelompok.
Kurangnya
komunikasi menyebabkan sebuah kelompok mendapatkan tiga harta karun sehingga
ada dua kelompok yang tidak mendapatkan harta karun. Namun pada akhirnya dua
harta karun yang berlebih diberikan pada dua kelompok itu.
Sore hari, kami
mendirikan tenda sambil bersiap-siap masak untuk makan malam ketika hujan
tiba-tiba turun dengan deras dan membuat acara memasak berpindah lokasi, yang
seharusnya diadakan di depan tenda masing-masing kelompok. Para peserta LDKS pun
jadi basah kuyup karena harus bolak-balik dari tenda ke lokasi memasak akibat
mengambil alat dan bahan memasak.
Satu jam lebih
berlalu sejak hujan itu turun. Langit yang mulai gelap membuat para fasilitator
memutuskan untuk memindahkan semua peserta LDKS ke warung-warung makan yang
terletak beberapa meter dari lokasi tenda.
Hujan itu membuat
kami semua tidak melakukan aktivitas apapun dan hanya menunggu hujan reda.
Namun tidak semuanya pindah ke warung-warung makan. Beberapa fasilitator ada
yang tetap bertahan di bawah naungan bivak mereka sampai pagi.
Esok paginya,
hari Sabtu, 14 September 2013, rata-rata dari kami bangun jam 5 pagi. Untunglah
hujan sudah berhenti dan udaranya begitu sejuk. Kami pun bisa melanjutkan
aktivitas kami pada hari Sabtu.
Seperti kegiatan
LDK minggu sebelumnya, Pak Febri mengajak kami melakukan beberapa permainan
kecil yang meregangkan otot dan menyegarkan kami.
Jam 10 pagi,
semua kelompok dipanggil untuk melakukan trackking di camping-ground Gunung
Bunder.
Di pos pertama,
Kak Maya dari OSIS tahun sebelumnya memberitahu bahwa yang harus kami ikuti
adalah tali rafia yang diikat di ranting-ranting pohon. Ia juga memberitahu
agar kami tidak pergi ke jalan yang dipalangi oleh ranting-ranting pohon.
Sesuai petunjuk Kak Maya, kami pun berjalan per kelompok menuju pos
selanjutnya.
Pos kedua dijaga
oleh Pak Febri. Beberapa meter dari tempat Pak Febri berdiri, kami disuruh
berhenti lalu jalan jongkok atau tengkurap di mata air yang memisahkan kami
dengan Pak Febri.
Di pos ketiga
yang dijaga oleh Pak Joko, kami harus berjalan menyebrangi jurang kecil melalui
jembatan yang terbuat dari batang pohon kelapa dan berpegangan pada tali
tambang yang telah diikatkan di dua pohon besar dekat-dekat situ.
Pos ketiga pun
berlalu dengan mulus. Selanjutnya kami berjalan ke pos kempat. Letak pos
keempat ini lebih ke atas dibandingkan dengan pos-pos sebelumnya. Kak Richard
yang berjaga di post keempat sempat berbicara pada kami sebelum kami pergi ke pos
kelima, yaitu turun tebing.
Turun tebing di
Gunung Bunder berbeda dengan turun tebing di sekolah. Di sini tali yang
digunakan bukan harness. Tidak ada helm. Tidak ada pengait. Yang ada hanyalah
tali tambang. Satu per satu peserta LDKS pun turun tebing sambil sesekali
bergaya karena Pak Kateno sudah siap dengan kameranya.
Dari pos kelima,
kami menuju pos keenam dimana kami harus naik tebing. Pak Dede lah yang
membimbing kami saat kami naik. Kami harus berpegangan pada tali di sebelah
kanan, kemudian baru di sebelah kiri.
Pos kelima dan
keenam ini sesungguhnya unik karena baru diadakan tahun ini. Pada tahun
sebelumnya, tidak ada kegiatan naik dan turun tebing. Baik itu untuk anggota
OSIS, MPK, maupun Pramuka. Bahkan kami merasa, bukan LDKS namanya kalau tidak
ada trackking dan naik dan turun tebing!
Kelompok yang
telah selesai turun dan naik tebing, pergi ke pos ketujuh untuk mengisi lembar
evaluasi.
Pos ketujuh
adalah pos terakhir.
Setelah
mengumpulkan kembali lembar evaluasi yang sudah diisi, kami mengadakan sesi
foto sebagai kenang-kenangan. Berbagai pose dilakukan untuk meramaikan suasana
juga mengakrabkan diri dengan para peserta LDKS lainnya.
Kemudian upacara
penutupan pun diselesai, yang berarti bahwa kegiatan LDKS ini telah ditutup.
Tak lupa, masing-masing
kelompok mendapatkan hadiah atas pencapaian yang mereka lakukan selama LDKS di
Gunung Bunder.
Sambil membawa
hadiah-hadiah, kami berjalan mengikuti Pak Kateno yang katanya memiliki hadiah
tambahan untuk kami.
Air terjun kecil!
Spontan para
peserta LDKS beramai-ramai turun ke bawah dan menyegarkan diri.
Rasanya kami
sungguh senang bisa berada di camping-ground Gunung Bunder dan mengikuti
kegiatan LDKS ini. Rasanya kami tidak ingin kembali ke Jakarta. Rasanya kami
ingin tetap berada di Gunung Bunder.
Tapi waktu terus
berjalan dan membuat kami harus bersiap-siap untuk kembali ke Jakarta. Kami pun
kembali duduk dalam keterbatasan ruangan di truk tronton.
Berbeda dengan
perjalanan pergi ke Gunung Bunder, di perjalanan pulang ini beberapa anak
mengalami mabuk kendaraan sehingga kami harus berhenti di stasiun pengisian
bahan bakar. Waktu luang itu juga tidak di sia-siakan oleh peserta lainnya
untuk membeli camilan di minimarket.
Melanjutkan
perjalanan pulang ke Jakarta, karena lelah sebagian besar peserta LDKS duduk
dalam diam, bahkan tidur. Suasana sunyi dan lampu truk yang temaram pun
menemani kami sampai Jakarta, sampai sekolah kami pada jam setengah 10 malam.